Teman-teman,
Semangaat pagiii!!!!
Salah satu oleh-oleh dari training ESQ yang diadakan oleh d'BCN tanggal 5 Agustus yang lalu.
Banyak tawa dan airmata juga.
Trainingnya, BAGUUUUUSSSS sekali!!! Biayanya, 150.000 saja untuk d'BCNers, dari harga normal denger-denger 2.500.000, maka ruangan ballroom Kirana di Kartika Chandra pun full terisi 500an peserta. Saya bareng dengan 13 orang dari jaringan Yuliamaki, senengggggg bangetttt!!
Traininernya, pak Ade Armand Dhumadi, menceritakan kepada kami, kisah bagaimana burung ELANG bisa bertahan hidup sampai mencapai usia 70 tahun. Usia hidup yang lama, kan? Bagaimana bisa ELANG diambil sebagai simbol dari mulai klub-klub olahraga, bahkan negara?
Yang hebat, apanya?
Lalu kami diputarkan sebuah video. Kurang lebih sama spt link di atas ya.
Burung ini melambangkan keperkasaan, kakinya yang kuat mencengkeram mangsa makanannya, matanya dengan penglihatan luar biasa, paruhnya yang tajam, dan bisa terbang tanpa mengepakkan sayapnya berkilo-kilo meter jauhnya.
Burung elang bisa mencapai umur hingga 70 tahun.
Tapi ketika di umur 40 tahunnya, si elang harus mengambil KEPUTUSAN BERAT.
Di umur tersebut, paruh tajamnya akan menjadi panjang dan bengkok.
Cakar kakinya akan menjadi lentur dan tidak kuat lagi mencengkeram mangsa.
Bulu-bulunya akan menjadi tebal dan berat, sehingga ia tidak dapat terbang sehebat dulu.
Elang yang perkasa itu, tidak bisa lagi MENCARI MAKAN.
Dan keputusan berat itu adalah:
Berdiam diri, menerima nasibnya, kemudian MATI perlahan-lahan.
Atau
Melewati proses yang SANGAT MENYAKITKAN untuk bisa bertahan hidup sampai 30 tahun kemudian.
Proses itu mengharuskan sang elang untuk menyendiri di puncak gunung dan membangun sarangnya disana.
Ia akan mematuk-matukkan paruhnya ke batu sampai paruh panjangnya tadi habis, tumpul, dan menunggunya tumbuh kembali!
Ia akan menancap-nancapkan cakar kakinya ke tanah dan batu sampai cakar itu habis, dan menunggunya tumbuh kembali!
Ia pun akan mencabuti bulu-bulu tuanya satu per satu, dan menunggu bulu barunya untuk tumbuh kembali!
Setelah proses yang menyakitkan tersebut, paruh, cakar kaki dan bulu-bulu barunya akan tumbuh dengan yang baru, dan setelah cukup kuat, sang elang akan terbang kembali untuk pertama kalinya untuk dapat memulai kehidupan berikutnya yang dapat berlangsung sampai 30 tahun lagi!
Saya terpukau.
Pak Armand melanjutkan, si burung Elang, hewan yang dianggap perkasa, predator, kuat, harus sedemikian sengsara menjalani sebuah proses yang menyakitkan, hanya untuk 1 hal, untuk bertahan hidup. Pilihannya hanyalah, mau menjalani proses tersebut untuk bisa mendapatkan tambahan 30 tahun usia lagi, atau tidak mau dan kemudian mati perlahan-lahan.
Bagaimana dengan kita?
Elang hanya punya 2 pilihan.
Kita punya beribu-ribu pilihan, tapi terkadang kita menolak menjalani sebuah proses yang akan menempa kita untuk lebih kuat lagi, to live and survive for a better future!
Alam mengajari, segala sesuatu membutuhkan proses.
Proses itu kadang-kadang berupa lelah, kadang-kadang berupa sesuatu yang tidak menyamankan perasaan, sedih, dll. Nggak enak? Ya, tapi semakin kita hadapi dan mau menjalani prosesnya, akan lebih mudah kita mengatasi hal yang sama di masa mendatang. Semakin kuat seperti burung elang di kehidupan keduanya.
Renungan panjang ketika saya sampai di rumah.
Saya yang masihhhh kadang-kadang suka menghindari si "proses menyakitkan" itu.
Lebih suka berada di zona nyaman, padahal ilmu dan pengalaman tidak akan datang kalau kita tidak mau mencoba hal-hal yang baru.
Jika kita menjadi seekor elang, mana yang akan kita pilih, pilihan pertama atau kedua?
Pikirkan juga SIAPA saja yang akan menanggung efek dari pilihan yang kita buat tersebut, untuk akhir yang bahagia atau akhir yang lain?
Terimakasih d'BCN atas training ESQ nya!
---
Yulia Riani/Andri Wibowo
email : makidanpaki@gmail.com