Thursday, November 20, 2014

Selalu Waspada Dan Kritis Sebelum Menerima Ajakan Bisnis Atau Investasi

Orang tua saya dulu pernah tertipu oleh investasi bodong. Investasi di usaha produk makanan. Dibulan-bulan awal pengembalian modal lancar, tapi tiba-tiba ... plass, hilang tak ada kabar. Si penipu, yang notabene masih ada hubungan keluarga dan juga tetangga dekat langsung membawa kabur sekian ratus juga uang masyarakat. Yang tertipu bukan hanya ortu saya saja, tapi juga saudara-saudara yang lain.

Modusnya: si pelaku menawarkan peluang investasi dengan return bulanan sekian persen, biasanya lebih tinggi dari bunga bank. Karena tergiur keuntungan yang tinggi jadi ortu bersedia menanamkan uangnya disitu.

Bulan pertama pembayaran return atau bagi hasil lancar. Dikasih iming-iming lagi sama pelaku. Mau nambah modal gak, biar returnnya lebih nampol. Karena pengembalian awal lancar, ortu percaya saja. Dan bersedia menambah modal, bahkan merekomendasikan kepada saudara yang lain juga bahwa si pelaku ini bisnisnya terpercaya kok. Buktinya bagi hasilnya ditransfer langsung. Makin lama makin banyak yang setor modal dan pada satu titik si pelaku tidak bisa membayarkan bagi hasilnya karena ya memang usahanya fiktif. Hanya memain-mainkan uang. Uang setoran modal dari orang lain dipakai untuk membayar bagi hasil untuk ortu saya, begitu seterusnya.

Ketika si pelaku kabur, banyak warga stress. Uang tabungan raib. Yang tadinya mau dipake beli motor untuk modal usaha dia jadi hilang, dan mulai dari 0 nabung lagi. Bagi yang punya pekerjaan tetap spt karyawan atau pns masih ada gaji bulanan sebagai pelipur lara. Kejadian yang menimpa orang tua saya terjadi sekitar 2002 atau 2003 ya, ... pokoknya saya sudah kerja di Jakarta dan belum menikah :D.

Berhati-hatilah kepada penawaran investasi bodong alias money game yang saat ini bisa berkedok macam-macam. Bahkan memakai model bisnis MLM (network marketing) yang membuat banyak orang parno dengan MLM. MLM yang baik jadi rusak namanya oleh money game berkedok MLM.

Baru-baru ini OJK (Otoritas Jasa Keuangan) merilis daftar laporan perusahaan yang diduga investasi ilegal. Rilisnya bisa dilihat di http://sikapiuangmu.ojk.go.id/id/article/173/daftar-perusahaan-yang-tak-mendapatkan-izin-oleh-ojk dan daftar perusahannya bisa didownload di http://sikapiuangmu.ojk.go.id/public/content/files/Daftar%20Perusahaan%20Yang%20Tidak%20Mendapatkan%20Izin%20Oleh%20OJK.pdf

Tapi yang namanya niat udah gak benar, segala cara akan dilakukan oleh pelaku seperti berganti nama perusahaa  untuk kemudian memulai aksi ilegalnya lagi. Semuanya direset dari 0 lagi.

So, selalu waspada dan kritis dalam memilih bisnis atau investasi :)

Wednesday, November 19, 2014

Ini Cara Gue! Profesi Gue, Gue Banget!


Judulnya keren, penuh percaya diri, penuh keyakinan. Ini adalah judul bukunya Coach D, http://www.dedydahlan.com/, seorang passion coach yang sabtu lalu untuk kedua kalinya mengisi training di Jaringan Yuliamaki. Yang arrange ibu Sapphire Erinawati Aziza, yang kemampuan EO nya sudah tingkat dewa dahh, wkwkwkw, makasihhh ina sayaaangggg, udah nyiapin ini semuaaa, aku doakan Ina cepat melaju ke Diamond Director yaaa! :)


Slide pertama yang tampiil adalah gambar baju kemeja yang dibuka ala-ala Superman lagi mau berubah, kemeja dibuka paksa dan di dalamnya ada kaos tulisannya "GUE".
Nahhhh!
Seringnya kita ini gak mau menampilan diri kita. Susaaahhh benerrr buat bangga sama diri sendiri. Why?
Ini masalahnya, pikiran kita yang bilang
"Ntar dibilang sombong sama orang",
siapa yang bilang sombong?
"Ya adalah pasti pokoknya ntar",
Siapa?
"ya pokoknya ada!",
SIAPAAAAAA????
"ya pokoknya pasti adaaaaa, tapi GAK TAU siapa!",
hahahaha, nah begitulah yang terjadi di sebagian orang. Mereka pilih terkungkung perasaan takut-takut pada hal2 yang belum tentu ada.

Takutnyaa kalo nanti menunjukkan kelebihannya, dibilang sombong, dibilang lebay, dll. Padahal mah cuman dibilang yah, wkwkwkw, gak berkurang apa-apa kitanya. Itupun kalo ada yang bilang, paling seorang dua orang, yang belum tentu juga mereka punya prestasi dalam hal membantu orang lain, karna biasanya kalo orang yang udah punya peran banyak sama orang-orang di sekitarnya, mereka akan lebih peka, mereka akan sangat positif, dan kalopun mengingatkan mereka akan sangat santun dalam berbicara :)

Coach D cerita bahwa beliau berasal dari keluarga besar DOKTER. Keluarga beliau kebanyakan profesinya adalah dokter, dan lalu setelah nikah sama istrinya, keluarga besar istrinya juga sebagian besar juga dokter. Ayahnya katanya punya title yang banyak sampe berderet-deret, hehehe.
Nah badung ini si Coach, gak mau disekolahin ke Kedokteran, wkwkwkwk, pilih sekolah aja di jurusan desain. Segala iming-iming mulai mobil dll dari orangtua supaya berubah pikiran, hihiihhi, dilancarkan, tapi gak bergeming. Udah punya kerjaan seperti sekarang pun, punya usaha sendiri, jadi passion coach, tetep jugaa orangtua bilang "Bagus memang Ded, tapi alangkah bagusnya kalo dulu tetep milih jadi DOKTER..." doeeeeng, wkwkkww....

Kenapa bisa begitu? Karena bagi orangtuanya, profesi dokter adalah profesi yang akan menjamin kehidupan di masa depan.

Naaahhhh lalu Coach D cerita tentang profesi yang ada di tiap tingkatan generasi. Jaman nenek kita, jaman orang tua kita, jaman kita, dan nanti ada lagi jaman anak-anak kita.

Ini saya ngerasain bener2, jadi pas coach D cerita, saya sukses terpukauuuuuu sodara2 sambil ngangguk2. 

Kakek saya polisi. Bapak juga polisi. Ibu kerja sebagai bidan di puskesmas. Ibu mertua profesinya guru SD. Bapak mertua berwiraswasta. Jadi memang hal biasa di keluarga kami kalau seorang suami istri bekerja - istri juga bekerja.

Apa itu bekerja? Bekerja menurut definisi yang UMUM berlaku adalah pakai baju kerja, berangkat pagi dan pulang sore (atau malam), menuju suatu kantor yang ketika disebut namanya orang sudah tau kantor apa itu. Semakin terkenal kantornya, semakin bergengsilah kita yang bekerja disana. Jadi kalau orang nanya "kerja dimana?" dan kita jawab itu pertanyaan, yang denger akan semacam bergetar gitu, hehehe.

Gak usah liat sebagai apanya disana, pokoknya kalo kerja di kantor yang udah MAPAN, punya nama besar, bakalan diartikan kita PASTI AKAN MAPAN juga. Ini umum terjadi apalagi kalo kita asalnya dari daerah (kayak saya dan suami), lalu merantau, bisa kerja di perusahaan bagus, heits banget deh pertanyaan gini2 kalo kita lagi mudik, kalo lagi lebaran, pertanyaan "Kerja dimana?" adalah kalimat pembuka ketika ketemu sama siaaaaaapaaaaa aja!

Jadi, dulu saya dan suami juga kerja di sebuah kantor besar yang sangat terkenal. Memenuhi itu semua kriteteria pekerjaan idaman, yaitu berangkat pagi pulang sore, pakai baju kerja, masuk ke gedung perkantoran bertingkat tinggi, AC nya adem lantainya marmer, ada liftnya. Ketika ditanya kerja dimana, gimana? Wah bergetar bener, kerja di PT X, siapa sih yang ga tau.
Kerja di bagian apa? Nama bagiannya bergengsi pula. Mantapp... :)

Yang gak pernah ditanya orang adalah saya kerja sebagai apa, yang kalau dijawab, ya saya karyawan outsource yang nunggu kapan ada pengangkatan karyawan tetap, yang gak tau kapan itu akan ada, dan kalopun ada saingannya banyak, belum tentu diterima. Gak ada salahnya jadi karyawan outsource kok, ya memang, kan ini cerita tentang diri saya sendiri, hehehehe...
Yaaang kemudian mikir (boleh dong yaa saya mikir buat hidup sendiri), saya mau seperti ini sampai KAPAN. Perusahaannya sih pasti mapan, pasti kokoh, pasti gak akan kenapa-kenapa, tapi sayanya, apakah otomatis mapan juga? hehehe... Liat dulu...

Semua beres kan keliatannya, citra karyawan kantoran sukses ada di saya, ASAAAL yang nanya gak nanya detail, dan asaaaaal saya terus mau berpura-pura saya sudah MAPAN. Kan mapan gak hanya diliat dari gaji dan tunjangan? mapan itu kan dari hati? Ya terserahlah yang mikir seperti ini, hehehe, selama bayar uang sekolah anak pake uang beneran gak pake hati ya kudu buka mata lebar-lebar, mana ilusi mana realita. Nah karna saya gak bisa lari dari kenyataan, hehehe, ya saya cari jalan, gimana saya bisa MAPAN, kali ini mapan yang beneran, yang bisa saya rasakan sendiri, bukan mapan menurut "pandangan orang".

Waktu saya pilih resign dan jualan kue, pertanyaan pertama datang dari orangtua, kekhawatiran pertama datang dari orangtua. Ini masuk banget sama teorinya Coach D. Beda generasi, akan muncul profesi-profesi baru yang mungkin dirasa "tidak masuk akal" oleh generasi sebelumnya.

Waktu saya jualan kue online, yang paling khawatir adalah bapak, karena pendapatannya bakalan nggak tetap, belum tentu, dll. Trus, mana tokonya, kok nggak ada tokonya, nanti gimana, nitip-nitip di warung gitu apa gimana? Hehehe...
Barulah ketika masuk TV, bapak liat di kantornya waktu itu (bapak saya kantornya di kantor polisi wkwkkw), baru ngerti "oohhhhh kayak gitu to, jualan kuenya pake komputer" hehehhee.... Kuenya dibikin lalu difoto lalu dimasukin ke internet, orang yang buka internet bisa liat dan bisa pesen. Bapak baru paham.

Waktu kemudian suami memutuskan ngerjain bisnis Oriflame ini bareng-bareng, meninggalkan karir sebelumnya di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, beberapa bulan waktu dipakai untuk meyakinkan orangtua. Kenapa? Karena ini "profesi baru" yang belum banyak contohnya bahwa ini bisa dikerjain dan bisa jadi penghasilan utama. Gak ada seorangpun dari keluarga suami yang sudah sukses berbisnis MLM. Apa itu Oriflame? Nggak ada yang tau :)

Nggak masuk akal untuk orangtua dan saudara-saudara, tapi tiap bulan punya penghasilan puluh-puluh juta begini, punya mobil mewah sampai 2, tapi nggak ada kantornya... :D kantornya ini, komputer ada kucingnya, wkwkwkw...

kerja ditemani kucing lucu

Ada sih kantornya, kalo dianggap berkantor itu harus di luar rumah, Oriflame Sudirman yang biasanya dianggap kantor, hehehe. Tapi kesananya suka2 aja gitu, kapan mo pergi, kapan gak mau pergi, bajunya juga kadang bagus kadang kaos, nah beneran gak ini? :))

Pagi nganterin anak sekolah, siang ada di mall, dll, tapi jalan-jalan keluar negeri tiap tahun.
Baju seragamnya mana?
Name tagnya mana?
Atasannya siapa?
Berangkat sama pulangnya jam berapa?
Gak ada yang gini-gini... :)
Belum masuk akal untuk beliau untuk disebut sebagai "pekerjaan". Akhirnya kami bisa meyakinkan orangtua bahwa ini adalah pekerjaan juga, pekerjaan yang ya memang ada yang seperti ini.

Kemaren coach D cerita tentang pekerjaan yang hanya ada di era sekarang, gak ada di era sebelumnya jadi akan sulit dipahami oleh generasi sebelumnya. Apa saja misalnya? Ini beberapa contohnya:

BUZZER, apa pekerjaannya? Kerjaannya jadi admin merangkap asisten pribadi, yang mengurusi account2 onlinenya orang-orang atau institusi yang menyewa jasa mereka. Kerjanya cuma ketik2 aja pake gadgetnya. Sampe bisa punya beberapa gadget. Dapet duit? Ya dapet lah, banyak! :)).

Masih ingat masa kampanye presiden lalu? Yang hebohnya masih tersisa sampai hari ini. Disitu banyak sekali buzzer yang share kelebihan calon andalannya dan share keburukan musuhnya. Orang melihatnya kok fanatik bgt sih, tapi ya itulah buzzer, bisa jadi profesi yang menghasilkan uang yang banyak di era sosial media saat ini :). Membuat review cafe, produk kuliner atau produk fashion di blog juga salah satu contoh buzzer.

Apalagi misalnya?

Nah yang ini saya suka beli bukunya, yaitu PERSONAL SHOPPER! hahahaa, demen banget bacanya, wkwkwkw. Baru kemaren beli bukunya "Miss Jinjing edisi Bangkok", buat persiapan Executive Conference :). Kerjaannya apa kalo personal shopper? Dulu ketika merk-merk elit fashion belum buka outlet di Jakarta, profresional shopper dibayar untuk membelikan tas-tas keren tersebut buat klien, diongkosi keluar negeri dan mendapat fee. See? Jalan-jalan gratis, ... dibayar pula! Kenapa kliennya gak  keluar negeri sendiri? Kliennya sangat sibuk sehingga untuk liburan belanja sudah tidak sempat. Selain klien yang sifatnya personal dan menuntut barang yang ori ada juga yang sifatnya untuk bisnis. Belanja grosiran :D. Sering melihat tas kw di pertokoan ITC Mangga Dua? Nah si professional shopper ini sangat tahu dimana kulakan tas kw yang kualitasnya bagus sampai mata orang awam tidak akan bisa membedakan dengan yang orisinil. Dan tempat belinya sangat rahasia karena si produsen sangat berhati-hati dalam memilih pembeli, tidak diobral seperti barang palsu yang kualitas rendah.

Ada lagi? Food Stylist! Sekali datang mereka dibayar 4-10 juta, hanya untuk mendandani makanan untuk keperluan penyajian, untuk keperluan foto misalnya. Makanan didandanin? Kalo suka nonton Masterchef, atau Top Cities Top Tables, makan bisa penyajiannya kayak lukisan. Makanan ini juga mesti punya seni tinggi untuk dilihat sebelum dimakan.

Luar biasa yaaa...

Banyak banget kerjaan-kerjaan lain yang mungkin kita nggak tau. Ada professional gamer, dll.
Itu ada, dan semua pekerjaan profesional yang muncul di era sekarang, yang dulunya nggak ada.
Nanti di jaman anak-anak kita, mungkin yang namanya pekerjaan bergengsi udah bergeser standarnya. Semakin kesini, pekerjaan semakin macam-macam, HOBI PUN BISA JADI PEKERJAAN!

Hobi yang bisa dianggap karir itu kayak apa?

Coach kasih gambar ini.

P.I.PO
Penjelasan gambar ini gimana?

Karier yang ideal adalah yang kita punya PASSION atas hal itu. Passion itu apa? Passion itu ya sesuatu yang kita kerjain karena kita CINTA, jadi ngerjain berulang dan terus menerus pun kita malah makin seneng! Anda tau? Orang-orang yang bekerja dengan passion, mereka tidak perlu dimotivasi! Mareka bisa terus menerus memotivasi dirinya sendiri dan dengan mudah akan MENCARI motivasi tanpa harus menunggu siapapun.

Kriteria berikutnya adalah, IDENTITY, yang kita BAGUS dalam hal itu. Bagus maksudnya punya kelebihan disitu. Ya semua orang tau bagus bukan karena kita punya bakat yang turun dari langit, bagus ini bisa diLATIH. Kalau kita punya passion di satu hal, tapi kita belum terlalu bagus di hal itu, apa yang harus kita lakukan? ya LATIHAN, ikutan training, les, apa aja, cari ilmunya, asah teruss, sampai kita bagus di hal itu. Penyanyi misalnya, mungkin punya bakat suara bagus, tapi tetep dia harus latihan sampai suaranya bisa diasah jadi lebihhh baguss lagi!

Yang terakhir adalah PAY OUT, alias, dari hobi tersebut, kita dibayar. Kalo belum dibayar? Ya namanya hobi aja, hobinya belum jadi karir, hobinya masih membutuhkan biaya, nggak bisa memberikan pemasukan. Iya memang hobi itu hiburan, tapi alangkah bagus kalau udah menghibur kita, ngasih duit pula, efektif dan efisien!

Bayangkan yaa, kita seneng sama yang kita lakukan, kita baguss dalam hal itu (kalo belum bagus kita semangat melatih diri sampai kita bagus di hal itu!), lalu kita dibayar dengan sepadan karena ngerjain hal yang kita suka itu. Tambahan satu lagi sih kalo kata saya ya coach, dari teori PIPO itu, kita tetep yang mengendalikan bisnis yang berjalan, bukan bisnis yang jadi mengendalikan kita dengan dalih "hobi" jadi tetep bisa punya waktu buat diri sendiri juga walopun kerjaanya sudah sangat menyenangkan! :)

Teruusss lanjut...

Entrepreneurship berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini sebagai jenis profesi baru. Sebenernya bukan entrepreneurshipnya tujuannya, ini cuma jalannya aja. Apa sebenernya tujuannya?

Gak lain adalah FREEDOM.
Work WHEREVER. Bisa bekerja dari mana saja. Gak harus ke kantor.
Work WHENEVER. Kerja kapan saja, sesuka kita. Gak takut telat terus gaji dipotong.
Work ON INTEREST. Kerja di bidang dan pekerjaan yang paling kita sukai.

Kalau pekerjaan yang diimpikan orangtua saya buat saya dulu adalah pekerjaan yang 8 to 5 berkantor di tempat tertentu, sekarang trend bergeser, pekerjaan yang diimpikan hampir setiap orang adalah bekerja dari mana saja, kapan saja, dan bekerja menggeluti sesuatu yang disenangi! Ini ada surveynya...
Beneran pekerjaan impian banget!
Adakah pekerjaan kayak gitu? Wah banyak...
Adalah kesempatan kayak gitu? Dimana-mana ada...
Kalau belum nemu, mungkin kitanya aja yang masih pakai pola pikir jaman dulu, jaman generasi sebelumnya, bahwa yang namanya kerja yang menghasilkan pemasukan yang terjamin itu yang begini2, padahal di jaman sekarang pastinya udah lain... 

Di salah satu slide, coach D kasih grafik umum perbandingan penghasilan antara 3 klasifikasi profesi.

AKADEMIS - PROFESIONAL - BISNIS

Pertama, profesi kalangan AKADEMIS. Yaitu mereka kerjanya berdasarkan jenjang pendidikan, yang punya pemasukan bagus, tetap, tapi akan turun drastis di masa pensiun. Mereka ini biasanya kalangan karyawan/pegawai perusahaan.

Kedua, kalangan PROFESIONAL.
Resikonya kecil, pendapatannya bisa naik dan turun tergantung giat tidaknya kerja. Trend pendapatannya naik.  Ini biasanya para freelancer, orang2 dengan keahlian khusus yang bekerja independen, termasuk juga konsultan Oriflame spt kita. Dengan keahliannya, di masa pensiun pun mereka masih punya keahlian (apalagi kalo Oriflame-an, gak tunggu tua untuk bisa hidup ala-ala menikmati masa pensiun, tapi incomenya tetep ngalir deras).

Ketiga, kalangan BISNIS.
Mereka adalah orang2 yang berani mengambil resiko besar, pendapatannya juga besar. Biasanya kalau ketemuan sesama kalangan bisnis ini, gede2an utang yang mereka ambil di bank, kata coach D :))) Mereka adalah pengusaha-pengusaha besar.

Banyak sekali profesi di dunia ini. Banyak profesi-profesi baru yang dulunya tidak ada kemudian jadi ada. Kalau dulu bekerja definisinya adalah berkantor, sekarang bekerja tidak harus berkantor.  Mungkin dulu nggak kebayang bagi orangtua kita, bahwa dengan dari rumah saja penghasilan bisa setara eksekutif di gedung-gedung tinggi perkantoran, tanpa ikatan jam kerja, tanpa punya atasan.
Jaman dulu  bekerja dengan independen tidak sesemarak seperti sekarang.

Bekerja tanpa batas salah satunya di Oriflame via d'BCN. Pagi nganter anak sekolah, siang ketemuan sambil makan siang bareng temen-temen, 6 bulan sekali terbang keluar negeri untuk liburan, mobil terparkir di garasi tinggal pilih pakai yang mana. Untuk sebagian orang hal itu MUSTAHIL.
Tapi apalah artinya kata orang...
Semua orang punya jalan yang dipilih masing-masing.
Semua orang berhak untuk berhasil, dengan caranya masing-masing.
Hasilnya bisa dipake bayar KPR? bisa. Bisa dipake buat belanja? bisa.
Tidak perlu persetujuan dari orang lain untuk menentukan kita mau bekerja apa, kita mau menyukai bidang apa. 
Perlu nggak? Sekali lagi tidak.. :)

Kalaupun kita berbeda, itu bukan soal sama sekali. Ini hidup kita, kita yang ambil keputusan. Hidup cuma sekali. Habiskan sebagian besar waktu yang kita punya dengan hal yang "GUE BANGET!"... :). Cintai yang kita kerjakan, ahli lah dalam hal itu, dan pastikan dengan menekuni hal itu, kita akan dibayar mahal! :)

Berkarir di Oriflame yang adalah MLM? Ya ini CARA GUE! :) 


Yulia Riani & Andri Wibowo
www.yuliamaki.net
bit.ly/yuliamaki

A Lifetime Business

Setelah belasan tahun pernah ngalamin kerja dan berbisnis, mulai dari kerja kantor, bisnis konvensional (Makicakes), dan sekarang bisnis Oriflame -bisnis Makicakes dan Oriflame punya bisnis model yang berbeda- ... ternyata yang dicari adalah: 
pengen punya pekerjaan yang makin lama makin kokoh, makin lama makin bisa kasih waktu lebih banyak, penghasilannya makin meningkat dan langgeng sampe jangka panjang... gak hanya buat kebutuhan sesaat aja, tapi bisa bertahan sampe nanti buat anak-anak, bisa diterusin anak2.
Di Oriflame itu KERJA. 3 tahun ini, saya kerja lho, kerja memenuhi target tupo pribadi, mengajak orang bergabung supaya punya penghasilan juga, dan melatih mereka. Cari deh dimana aja, semua bisnis, termasuk bisnis MLM (yang murni atau bener bukan abal2) mewajibkan kita kerja keras di awal-awal merintis.

MLM murni, bonusnya dibayar berdasarkan omset penjualan. BUKAN pendaftaran!

Kenapa mesti training, etraining, webinar, dan seabrek2 pelatihan yang lain? Buat mentransfer ilmu, biar yang sukses gak hanya yang duluan gabung aja, biar semua orang kapanpun dia gabung, dia bisa berkembang karena menduplikasi apa yang dikerjain sama seniornya.

Jadi kalau ada yang nawarin "gabung bisnisku aja, tanpa tupo, tanpa membina, tanpa training, cuma beli sekali dan dapet bonus seumur hidup", saya gak pernah tertarik...


"Segera bergabung, amankan posisi anda!" Posisi apa tuh sampe perlu pengamanan segala? hehehehe....


Saya bergabung di bisnis Oriflame ketika Oriflame udah 25 tahun ada dan aktif di Indonesia, gak ada tuh posisi menentukan prestasi. Fastest Growing Leaders, 4 Titles in 2013/2014, Top 15 Asia, semua gak ditentukan kapan gabungnya. Semua dikasih jalur dan kesempatan yang sama untuk mencapai level apapun disini, gak perlu diaman2in segala itu posisi.


Kalau bisa punya 6 kaki Director ya kitanya jadi Diamond.
Kalau bisa punya 12 kaki Director ya kitanya jadi Executive.
Berlaku buat semua orang, kapanpun bergabungnya.

Ga mau yaaaa, udah capek-capek merintis bisnis, tau-tau perusahaanya tutup, tau-tau manajemennya ngilang entah kemana, t
au-tau perusahaannya ganti nama. Kenapa coba sampai harus ganti nama?


Banyak yang kayak gitu beberapa tahun belakangan ini, booming 1-2 tahun abis itu hilang ditelan bumi, sibuk ganti nama, lalu akan muncul lagi dengan nama lain, dan siklus akan berulang, booming lagi, hilang lagi, ganti nama lagi. Kasian orang-orang yang nggak tau, pengen punya uang cepet, tapi nggak memperhatikan gimana sistem bisnisnya, sudah berapa lama perusahaannya ada, bonafid atau enggak, mereka yang akhirnya dirugikan.

Bangga punya karir di Oriflame ini. Support systemnya keren, online banget sekarang. Punya temen-temen yang keren yang berkembang kepribadiannya.


Berbisnisnya pakai kode etik, pakai sopan santun, karena tanpa dibagus-bagusin juga perusahaannya udah bagus dan besar, gak pake menjelek-jelekkan yang lain, ah ngga banget, saya ngga mau kalo mesti begitu, hiiiii, cukup fokus dan kenal baik sama perusahaan sendiri.

Mesti tupo, ya iya dong, cek di UU Perdagangan, apa kriteria MLM yang diakui sistem bisnisnya sama pemerintah? Nah ini juga harus tau lho. Baca disini tentang legalitas bisnis penjualan langsung (MLM). Mesti membina, ya iya dong, mesti bantu orang lain di jaringan kita supaya bisa berhasil kayak kita, kan? Sukses dengan memberi coaching kepada jaringan supaya bisa sesukses bahkan lebih sukses dari kita.

Banyak yang harus ditelaah, gak hanya besaran bonusnya aja yang dilihat. Bisnisku lebih capek dan gak instan, ada kerjanya, ada keringetannya. InsyaAllah buat anak-anak nanti, mama papanya merintis dari sekarang, dan mereka tinggal ngelanjutin aja di level yang sudah sangat mapan.


Kami orangtuanya pengennya pensiun muda dan menikmati jalan-jalan keluar negeri aja tiap tahun, hehehe. Untuk itu, berkarirnya harus di perusahaan yang bonafid yang sudah bertahan puluhan tahun dan makin berkembang.

Hati-hati memilih bisnis dan mencurahkan waktu, tenaga dan modal kita, pastikan kita udah ada di tempat yang tepat yaaa. Untuk bergabung dan sukses bersama kami daftarnya di bit.ly/yuliamaki.


Selamat pagiiii!

Yulia Riani & Andri Wibowo
www.yuliamaki.net
yuliamaki.blogspot.com




Monday, November 17, 2014

Ingin Pensiun Seperti Apa?

Kemaren disesi training "Ini Cara Gue" by Coach Dedy Dahlan digambarkan grafik seperti gambar dibawah ini. Gambar ini bercerita tentang grafik umum penghasilan dari profesi yang "akademis", "profesional", dan "bisnis". Garis merah merupakan saat pensiun. Pensiun karena usia atau memutuskan untuk "pensiun dini".


Apa itu profesi yang akademis? Sesuai namanya, profesi ini profesi yang klasifikasinya mengikuti jenjang pendidikan yang kita punyai. Contoh: pns, dokter, pegawai bank, karyawan kontrak, buruh pabrik, dsb. Ketika membaca informasi lowongan pekerjaan disitu disertakan jenjang pendidikan minimal. Kalau anda lulusan SMA  lowongan apa yang biasanya ada?

Grafik penghasilan di profesi akademis ini lempeng naiknya. Gaji sudah terjamin, gaji tetap,  ada bonus dan tambahan tunjangan-tunjangan lain. Naiknya pelan seiring waktu dan pengalaman kerja. Saya dulu bekerja di perusahaan telekomunikasi, selama 13 tahun. Betah ya? Hehehe, gajinya bikin betah euy :D. Tapi bagaimana nanti ketika pensiun? Masihkah mendapat uang pensiun bulanan sebesar gaji ketika masih aktif bekerja? Digambarkan dalam grafik, ketika pensiun penghasilan akan turun, turunnya lebih cepat daripada naiknya, hehehe. Gak percaya? Coba tanya para pensiunan karyawan atau pns.

Bagaimana dengan  profesional? Profesi profesional bahasa kerennya self employee. Yang termasuk disini seperti dokter/bidan yang buka praktek sendiri, freelancer, motivator spt Pak Mario Teguh atau Coach Dedy Dahlan, artis dan sutradara film, dan profesi dibidang lainnya. Grafik penghasilan mereka naik cepat, tapi tidak tetap. Kadang turun jika pas sepi order atau emang sedang ingin males-malesan terima job. Ketika diusia pensiun mereka-mereka diprofesi ini masih bisa perpenghasilan karena mereka dibayar sebagai konsultan. Banyak pekerja dari profesi akademis yang ketika pensiun beralih ke profesional sebagai konsultan, dan mereka bisa mempertahankan penghasilan tidak sampai jatuh.

Bisnis udah jelas lha ya. Udah banyak contohnya pengusaha-pengusaha besar. Itulah mereka yang bergelut dengan peluang dan resiko setiap harinya. Makin besar peluang, makin besar pula resikonya. Penghasilan dari bisnis juga tak menentu, kalau sedang rugi ya bisa sampai jatuh kedasar. Tapi begitu melesat ya naiknya tak terkira. Kalau profesi akademis gemar menabung profesi bisnis gemar berhutang. Makin besar hutan berarti aset mereka makin besar :D.

Pelaku bisnis Oriflame ada dimana?

Memulai bisnis Oriflame ibaratnya memulai profesi sebagai seorang profesional, sebagai konsultan  produk kecantikan dan perawatan diri. Mulai ikut training-training pengembangan diri dan belajar membuat sistem yang mudah diduplikasi untuk mengembangkan jaringan. Jaringan berkembang, bisnis berkembang, penghasilan pun naik. Pelaku bisnis Oriflame bisa masuk ke ranah profesional atau bisnis. Masuk ke ranah bisnis ketika kita bisa membuat sistem yang mudah diduplikasi jaringan kita.

Kenapa harus mudah diduplikasi?

Saya kasih contoh bisnis makicakes. Saya membuat sistem kerja mulai dari cara order online, saya ajari asisten untuk membuat pernik-pernik dekorasi. Tapi yang mendesain, finishing cake tetap saya sendiri. Ini bukan sistem yang bagus karena begitu saya sakit atau berhalangan bisnis terhenti. Asisten saya tidak bisa menduplikasi keahlian dekor kue saya. Iya dia bisa mencatat order, menimbang bahan, memanggang kue, tapi ketika desain dia tidak bisa. Tantangan tersendiri untuk membentuk team dekor kue yang bisa seperti saya. Apalagi ketika sudah diajari, sudah mulai ahli, asisten memutuskan untuk resign. Mulai dari 0 lagi :D

Di bisnis Oriflame saya juga membuat sistem. Ada tools untuk rekrut, materi training selain yang sudah disediakan oleh Oriflame. Downline saya ajari pemakaian tools tersebut dan saya ajari untuk mengembangkan tools sendiri yang lebih cocok dengan kondisi jaringan dia. Dengan seperti itu downline akan mandiri. Alur kerja yang sistematis seperti ini ketika sudah dan mudah terduplikasi akan sangat bermanfaat dalam mengembangkan bisnis Oriflame. Jaringan bisnis bisa tumbuh mandiri, dan disini yang namanya kebebasan waktu mulai tampak jalannya. Ketika saya tidak hadir tapi bisnis tetap berjalan. Ketika saya memutuskan untuk "pensiun" sistem yang saya buat harus sudah berjalan baik dan terus terduplikasi sehingga downline di jaringan saya semakin banyak dan mandiri. Kalau dulu bekerja keras membentuk sistem, sekarang giliran sistem yang berkerja buat saya.

Pertanyaan berikutnya, "kapan mau pensiun?"Rasa-rasanya kalau kita sudah menemukan profesi yang "gue banget" tidak akan ada namanya masa pensiun :)

---

Mari bergabung di Jaringan Yulia Riani/Andri Wibowo, ... kami akan bantu untuk mendapatkan penghasilan di bisnis Oriflame. Klik di bit.ly/yuliamaki ya :)

Sunday, November 16, 2014

BWM 320i Sport dari Oriflame



Ketika mencapai level Diamond Director tahun lalu, honda CRV diantar ke rumah oleh sales dari Honda, Mbak Maria. Nah ketika mencapai level Executive Director BMW 320i Sport diserahterimakan langsung oleh managing director Oriflame Indonesia, Pak Amir Mortazavi.

16 Oktober 2014 hari yang bahagia buat keluarga kami, terutama ibu. Barangkali dulu ibu merasa gelo karena putrinya gagal lulus kuliah, hehehehe. Serah terima mobil kali ini lebih lengkap rasanya karena ada ibu dan teman-teman di jaringan Yuliamaki yang ikut mendampingi. Ceria semua kan yang terekam di video ini, senyumnya lebarrrrr :D.

Kalau ada pertanyaan, kok bisa mbak Yulia 3 tahun sudah mencapai level Executive Director? Kuncinya fokus, kerja, fokus, kerja, fokus, kerja dan selalu melihat kedepan :). Kami juga memulainya dari 0, sama seperti yang lain.

Jadi teman-teman, di Oriflame ini kita bekerja loh, dan teman-teman juga harus memposisikan diri sebagai pekerja profesional layaknya kita bekerja di kantor. Hanya kerjaan kita bisa dikerjakan rumah atau darimana saja dan waktunya sangat fleksibel. Tapi awas jangan sampai lengah terjebak di zona nyaman fleksibilitas. Saking fleksibelnya kerja hanya 2 jam sehari, 1 jam di siang hari saat anak-anak bobok siang, dan 1 jam dimalam hari setelah anak-anak dan suami tidur. Ya mana bisa lari kencang mengejar target?

Yang namanya kerja ya ada time management dan delegasi. Kita tidak akan bisa kerja sendiri. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Harus punya team. Core Team dirumah harus kuat. Berbagi tugas dengan suami, dengan anak-anak, juga dengan asisten rumah tangga (jika punya). Ternyata Core Team tidak hanya di bisnis Oriflame ya, di rumahpun sangat perlu :).

Anda ingin jadi bagian Core Team kami? Klik di bit.ly/yuliamaki ya :)